Pernah ada yang bertanya, apakah cara berpakaian bisa mendatangkan penyakit?
Cara berpakaian sebagai salah satu bagian dari gaya hidup, tentu saja bisa mendapatkan efek positif maupun negatif bagi kesehatan. Apabila cara memakainya tepat, dipakai pada waktu yang tepat, dan menggunakan bahan yang tepat, pakaian akan mendatangkan aneka kebaikan bagi pemakainya dan juga bagi orang yang melihatnya, demikian pula sebaliknya.

Pakaian adalah salah satu perangkat penting untuk menjaga dan meningkatkan kesehatan manusia, khususnya kesehatan fisik, psikologis, dan spiritual. Tentu saja, tidak semua pakaian bisa menjadikan pemakainya lebih sehat. Ada prasyarat tertentu yang harus ada pada sebuah pakaian sehingga dia dapat berfungsi optimal, semisal menyangkut ketepatan bahannya, cara menggunakannya, ataupun waktu memakainya. Sebab, salah berpakaian alih-alih menyehatkan, malah dapat membawa penyakit atau setidaknya ketidaknyamanan bagi yang mengenakan atau yang melihatnya.

Penyakit apa saja yang dapat ditimbulkan oleh pakaian?

Pertama, penyakit berupa stres psikologis yang disebabkan ketidaknyamanan dalam berpakaian. Kondisi ini biasanya menimpa orang-orang yang harus memakai pakaian kerja yang tidak disukainya. Boleh jadi, karena bahannya tidak nyaman dipakai, desainnya ”norak” atau tidak sesuai selera, tidak sesuai dengan faktor lingkungan, pergantian musim, atau tingkat kelembaban, seperti harus memakai pakaian tebal di lingkungan kerja yang panas; bisa juga tidak sesuai dengan nilai yang diyakininya. Sebagai contoh, seorang perempuan yang berjilbab diharuskan mengenakan seragam yang ”terbuka”. Karena terpaksa, dia bersedia mengenakan seragam tersebut walau hatinya tertekan.

Ketidaksukaan, ketidaknyamanan, atau rasa tertekan ini, apabila terus berlangsung dalam jangka waktu yang lama, dapat menimbulkan tekanan psikologis yang kronis. Tekanan ini kemudian akan mengubah profil hormonal seseorang. Perubahan profil hormonal dapat menimbulkan gangguan pada sistem pertahanan tubuh. Ketika sistem pertahanan tubuh terganggu, penyakit pun akan mudah datang. Pada tahap minimal, tekanan psikologi dapat memicu naik kadar kortisol dalam tubuh yang menyebabkan seseorang mudah lelah dan stres.

Kedua, penyakit yang ditimbulkan secara langsung oleh bahan pakaian yang dipakai, misalnya penyakit alergi pada kulit. Ada bahan-bahan pakaian tertentu yang dapat memicu iritasi dan alergi, semacam produk sintetik atau yang berasal dari bahan alam seperti wool, yang mana bulu-bulu halusnya dapat terhisap sehingga menimbulkan reaksi alergi, semacam bersin, flu, hingga sesak napas. Ada pula bahan-bahan pakaian dapat yang menjadi media tumbuh kembang dari bakteri, jamur, atau virus. Hal ini dapat meningkatkan risiko terjadinya sakit.

Ketiga, penyakit yang ditimbulkan oleh pakaian yang tidak adaptif terhadap kebutuhan fisiologi tubuh. Misalnya, bahan pakaian yang tidak bisa menyerap keringat atau tidak bisa melepas panas tubuh secara optimal. Akibatnya, tubuh menjadi sakit karena panas tidak terkonveksi secara baik. Pada tahap yang paling kritis, kondisi ini dapat melebarkan pembuluh darah yang apabila dibiarkan akan meningkatkan risiko penyakit jantung. Bahan pakaian yang tidak melepaskan panas secara optimal pun dapat menyebabkan terperangkap keringat sehingga kelembaban permukaan tubuh jadi meningkat. Kelembaban permukaan tubuh dapat mengubah koloni-koloni bakteri atau jamur menjadi tumbuh subur.

Oleh karena itu, di negara tropis seperti Indonesia, pakaian yang tidak melepaskan panas secara optimal, semacam pakaian ketat atau pakaian yang terlalu tebal, harus dihindari. Jika dipaksakan untuk dipakai, kulit akan kekurangan ruang untuk “bernapas” sementara cairan yang keluar dari tubuh cukup banyak. Akibatnya, permukaan kulit menjadi lembab. Jika tidak diimbangi dengan busana yang tepat, jamur akan lebih mudah beranak pinak. Jenis jamur yang banyak ditemui adalah jamur panu (bercak putih, cokelat, atau kemerahan), jamur kurap dengan bintik menonjol gatal, dan jamur kandida yang basah dan gatal.

Keempat, penyakit yang ditimbulkan oleh pakaian-pakaian baru atau bekas yang tidak bersih dicuci. Saat sekarang, di sejumlah kota besar sedang marak penjualan baju-baju bekas dari luar negeri, khususnya dari Jepang, Korea, Cina, Singapura, dan Malaysia. Faktor harga yang murah, model yang menarik, bahan berkualitas, bahkan banyak yang bermerk, menjadikan baju-baju bekas ini banyak peminatnya. Padahal, baju-baju bekas ini berisiko tinggi mengandung aneka bibit penyakit, mulai dari bakteri, jamur, dan virus. Perendaman dengan air panas, pencucian berulang-ulang, tidak menjadi jaminan bersihnya pakaian tersebut dari kuman penyakit, terlebih kalau proses pencuciannya tidak bersih.

Sebetulnya, tidak hanya pakaian bekas yang berisiko menjadi sarana penularan penyakit, pakaian baru pun memiliki risiko yang sama walaupun tidak begitu berisiko pakaian bekas. Sebuah penelitian yang dilakukan Dr. Phillip Tierno dan timnya dari Departement of Microbiology and Immunology, Universitas New York menemukan adanya jejak partikel ragi, feses, bekas ludah, bakteri kulit, dan bakteri vagina melekat pada baju-baju baru, khususnya di daerah ketiak dan pangkal paha.

Kelima, penyakit yang ditimbulkan oleh pakaian yang kurang atau ”tidak bersahabat” dengan tubuh, semisal terlalu ketat atau malah ”kurang bahan”. Ada sejumlah penyakit yang bisa muncul akibat salah kaprah dalam berpakaian, semisal terlalu ketat atau tidak berhijab, dari yang ringan, semacam infeksi jamur hingga kanker kulit.

Akibat sering memakai celana ketat misalnya, dapat menimbulkan penyakit berbahaya. Dr. Malvinder Parmar, dalam tulisannya di Canadian Medical Association Journal, menyatakan bahwa celana ketat sepinggul berpeluang menimbulkan penyakit paresthesia. Sebagai penyakit gangguan saraf, paresthesia memiliki gejala berupa kesemutan yang lama-kelamaan berubah menjadi mati rasa. Kesemutan terjadi lantaran terganggunya saraf tepi yang berada di luar jaringan otak. Gejala ini biasanya timbul karena tertekan, infeksi, maupun gangguan metabolisme. Kelainan tersebut dapat menjadi permanen apabila pasien terus mengenakan celana ketat sepinggul.

Dengan melihat beragam penyakit yang disebabkan karena salah memilih pakaian, seyogyanya kita dapat lebih selektif dalam memilih dan menggunakan pakaian. Jadi, jangan asal suka, asal terlihat keren, beken, moderen, atau murah meriah, hingga kita sampai harus mengorbankan kesehatan.

Ternyata hubungan antara Kesehatan dengan Pakaian sangatlah erat..semoga dengan informasi ini Best Prime bisa lebih teliti lagi dan ini semua demi kesehatan orang orang tercinta.
Semoga informasi ini bermanfaat, dan jangan lupa like & share juga untuk rekan, sahabat yang lainnya agar mengetahui informasi penting ini.

www.simplyprimelaundry.com